09 March 2011

Tasawuf (Tasawwuf) dan FATWA-FATWA ULAMA' AHLUSSUNNAH TENTANG TASAWUF

Tasawuf (Tasawwuf) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi.


فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح
فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح
Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
(Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47)


Para ulama besar kaum muslimin sama sekali tidak menentang tasawuf, tercatat banyak dari mereka yang menggabungkan diri sebagai pengikut dan murid tasawuf, para ulama tersebut berkhidmat dibawah bimbingan seorang mursyd tarekat yang arif, bahkan walaupun ulama itu lebih luas wawasannya tentang pengetahuan syari’at Islam, namun mereka tetap menghormati para syaikh yang mulia, hal ini dikarenakan ilmu2 syari’at yang diperoleh dari jalur pendidikan formal adalah ilmu lahiriah, sedangkan untuk memperoleh ilmu batiniyah dalam membentuk “qalbun salim / akhlak yang mulia”, seseorang harus menyerahkan dirinya untuk berkhidmat dibawah bimbingan seorang mursyd Tarekat yang sejati. (yang silsilah keilmuannya jika dirunut keatas akan sampai kepada Nabi Muhammad SAW)

IMAM AL- GHAZALI
(450-505 H./1058-1111 M)
Imam Ghazali tentang tasawuf : “Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, hal. 131].
Dalam bukunya an-Nusrah an-Nabawiahnya mengatakan bahwa mendalami dunia tasawuf itu penting sekali. Karena, selain Nabi, tidak ada satupun manusia yang bisa lepas dari penyakit hati seperti riya, dengki, hasud dll. Dan, dalam pandangannya, tasawuf lah yang bisa mengobati penyakit hati itu. Karena dalam ilmu tasawuf konsentrasi mempelajari pada tiga hal dimana ketiga-tiganya sangat dianjurkan oleh al-Qur’an al-karim. Pertama, selalu melakukan kontrol diri, muraqabah dan muhasabah. Kedua, selalu berdzikir dan mengingat Allah Swt. Dan ketiga, menanamkan sifat zuhud, cinta damai, jujur, sabar, syukur, tawakal, dermawan dan ikhlas.

DR. YUSUF AL-QARDHAWI

(Ketua Ulama Islam Internasional dan juga guru besar Universitas al Azhar – Beliau merupakan salah seorang ulama Islam terkemuka abad ini) didalam kumpulan fatwanya mengatakan : “Arti tasawuf dalam agama ialah memperdalam ke arah bagian ruhaniah, ubudiyyah, dan perhatiannya tercurah seputar permasalahan itu.”
Beliau juga berkata, “Mereka para tokoh sufi sangat berhati-hati dalam meniti jalan di atas garis yang telah ditetapkan oleh Al-Qur,an dan As-Sunnah. Bersih dari berbagai pikiran dan praktek yang menyimpang, baik dalam ibadat atau pikirannya. Banyak orang yang masuk Islam karena pengaruh mereka, banyak orang yang durhaka dan lalim kembali bertobat karena jasa mereka. Dan tidak sedikit yang mewariskan pada dunia Islam, yang berupa kekayaan besar dari peradaban dan ilmu, terutama di bidang marifat, akhlak dan pengalaman-pengalaman di alam ruhani, semua itu tidak dapat diingkari.”
EMPAT ORANG IMAM MAZHAB SUNNI, semuanya mempunyai seorang guru mursyd tarekat. Melalui mursyd tarekat tersebut mereka mempelajari Islam dalam sisi esoterisnya yang indah dan sangat agung. Mereka semua menyadari bahwa ilmu syariat harus didukung oleh ilmu tasawuf sehingga akan tercapailah pengetahuan sejati mengenai hakikat ibadah yang sebenarnya.

IMAM ABU HANIFAH (85 H -150 H)

(Nu’man bin Tsabit - Ulama besar pendiri mazhab Hanafi)
Beliau adalah murid dari Ahli Silsilah Tarekat Naqsyabandi yaitu Imam Jafar as Shadiq ra . Berkaitan dengan hal ini, Jalaluddin as Suyuthi didalam kitab Durr al Mantsur, meriwayatkan bahwa Imam Abu Hanifah berkata, “Jika tidak karena dua tahun, aku telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”.

IMAM MALIKI

(Malik bin Anas - Ulama besar pendiri mazhab Maliki) juga murid Imam Jafar as Shadiq ra, mengungkapkan pernyataannya yang mendukung terhadap ilmu tasawuf sebagai berikut :
“Man tasawaffa wa lam yatafaqa faqad tazandaqa, wa man tafaqaha wa lam yatasawaf faqad tafasaq, wa man tasawaffa wa taraqaha faqad tahaqaq”.
Yang artinya : “Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan disertai fiqih dia meraih Kebenaran dan Realitas dalam Islam.” (’Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, juz 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).

IMAM SYAFI’I (Muhammad bin Idris, 150-205 H)

Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu:
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara
2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati
3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz 1, hal. 341)

IMAM AHMAD BIN HANBAL (164-241 H)

Ulama besar pendiri mazhab Hanbali berkata, “Anakku, kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” (Ghiza al Albab, juz 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi)

SYAIKH FAKHRUDDIN AR RAZI (544-606 H)
Ulama besar dan ahli hadits) berkata :
“Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan hati mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah pada seluruh tindakan dan perilaku .” (I’tiqad al Furaq al Musliman, hal. 72, 73)

IMAM AL MUHASIBI (243 H./857 M)
Imam al-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang selamat” . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa satu itu adalah Golongan orang TASAWUF. Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al- Wasiya hal. 27-32.

IMAM AL QUSHAYRI (465 H./1072 M)
Imam al-Qushayri tentang Tasawuf: “Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali wali- Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyaf).
Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya .” [ar-Risalat al-Qushayriyyah, hal. 2]

IMAM NAWAWI (620-676 H./1223-1278 M)

Dalam suratnya al-Maqasid: “Ciri jalan sufi ada 5:
menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata menghindari ketergantungan kepada orang lain, bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit, selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, hal. 20]

IBNU KHALDUN (733-808 H)

Ulama besar dan filosof Islam berkata, “Jalan sufi adalah jalan salaf, yakni jalannya para ulama terdahulu di antara para sahabat Rasulullah Saww, tabi’in, dan tabi’it-tabi’in. Asasnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan serta kesenangan dunia.” (Muqadimah ibn Khaldun, hal. 328)

IMAM JALALUDDIN AS SUYUTI

(Ulama besar ahli tafsir Qur’an dan hadits) didalam kitab Ta’yad al haqiqat al ‘Aliyyah, hal. 57 berkata, “Tasawuf yang dianut oleh ahlinya adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Ilmu ini menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi Saww dan meninggalkan bid’ah.”

TAJUDDIN AS SUBKI

Kitab Mu’iid an-Na’iim, hal. 190, tentang Tasawuf : “Semoga Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga. Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan ibadah”
Dia berkata pula : “Mereka adalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah membantu manusia”

IBNU ‘ABIDIN

Ulama besar, Ibn ‘Abidin dalam Rasa’il Ibn cAbidin (p. 172-173) menyatakan: ” Para pencari jalan ini tidak mendengar kecuali Kehadiran Ilahi dan mereka tidak mencintai selain Dia. Jika mereka mengingat Dia mereka menangis. Jika mereka memikirkan Dia mereka bahagia. Jika mereka menemukan Dia mereka sadar. Jika mereka melihat Dia mereka akan tenang. Jika mereka berjalan dalan Kehadiran Ilahi, mereka menjadi lembut. Mereka mabuk dengan Rahmat-Nya. Semoga Allah merahmati mereka”. [Majallat al-Muslim, 6th ed., 1378 H, p. 24].

SYEIKH RASYID RIDHA

Dia berkata,”Tasawuf adalah salah satu pilar dari pilar-pilar agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri danmempertanggung jawabkan perilaku sehari-hari dan untuk menaikan manusia menuju maqam spiritual yang tinggi” [Majallat al-Manar, tahun pertama hal. 726].

MAULANA ABUL HASAN ALI AN-NADWI

Maulana Abul Hasan ‘Ali an-Nadwi anggota the Islamic-Arabic Society of India and Muslim countries. Dalam, Muslims in India, , p. 140-146, “Para sufi ini memberi inisiasi (baiat) pada manusia ke dalam keesaan Allah dan keikhlasan dalam mengikuti Sunah Nabi dan dalam menyesali kesalahan dan dalam menghindari setiap ma’siat kepada Allah SWT. Petunjuk mereka merangsang orang-orang untuk berpindah ke jalan kecintaan penuh kepada Allah”
“Kita bersyukur atas pengaruh orang-orang sufi, ribuan dan ratusan ribu orang di India menemukan Tuhan mereka dan meraih kondisi kesempurnaan melalui Islam”

ABU ‘ALA AL MAUDUDI

Dalam Mabadi’ al-Islam (hal. 17), “Tasawuf adalah kenyataan yang tandanya adalah cinta kepada Allah dan Rasul saw, di mana sesorang meniadakan diri mereka karena tujuan mereka (Cinta), dan seseorang meniadakan dari segala sesuatu selain cinta Allah dan Rasul” “Tasauf mencari ketulusan hati, menyucikan niat dan kebenaran untuk taat dalam seluruh perbuatannya.”



Seperti itulah pengakuan para ulama besar kaum muslimin tentang tasawuf. Mereka semua mengakui kebenarannya dan mengambil berkah ilmu tasawuf dengan belajar serta berkhidmat kepada para syaikh tarekat pada masanya masing-masing. Oleh karena itu tidak ada bantahan terhadap kebenaran ilmu ini, mereka yang menyebut tasawuf sebagai ajaran sesat atau bid’ah adalah orang-orang yang tertutup hatinya terhadap kebenaran Allah SWT.
Ringkasnya, belajar Tasawuf dengan memilih Tarekat yang benar, Tarekat yang mu’tabaroh (yang diakui keabsahannya di dunia Islam) dari segi silsilah guru dan ajarannya dari dahulu maupun sekarang, adalah sarana efektif untuk menyebarkan kebenaran Islam, memperluas ilmu dan pemahaman spiritual, dan meningkatkan kebahagiaan serta kedamaian.
Dengan ilmu Tasawuf manusia dapat lebih mengenal diri sendiri, dengan demikian akan lebih mengenal Tuhannya. Sehingga manusia mendapatkan keselamatan dari kebodohan dunia serta dari godaan keindahan materi. Dan hanya Allah SWT yang lebih mengetahui niat hamba-hamba-Nya yang tulus.
* * * * * * * * * * * * *

Sumber: Belajar Adab Adab Sunnah Rasulullah saw

Duit!! Duit!! Rezeki tu...


Sudah jatuh ditimpa tangga, itulah yang boleh dikatakan kepada pemilik wang syiling RM75,000 yang mengalami kemalangan di Kilometer 244 Lebuhraya Utara-Selatan (Plus), dekat susur keluar Pedas.

Menurut laporan akhbar-akhbar tempatan, orang ramai dikatakan berpusu-pusu menghentikan kenderaan mereka, sebahagiannya bukan untuk menolong mengutip dan mengembalikan wang yang berteraburan itu tetapi sebaliknya mengambil dan melarikan semua wang syiling yang dikutip.

Tentunya penghargaan wajar diberikan kepada mereka yang datang membantu tetapi bagi mereka yang mengambil kesempatan melarikan wang terbabit, kejadian seperti ini amat mendukacitakan dan jelas memperlihatkan betapa rakusnya nafsu keinginan kepada wang.

Mereka sama sekali tidak mengendahkan persoalan hukum. Demikian amaran Nabi Muhammad :

يأتي على المرء زمان لا يبالي المرء ما أخذ منه ، أمن الحلال أم من الحرام

Ertinya : Akan sampai satu zaman dimana manusia tidak lagi menghiraukan dari sumber mana diperolehi hartanya, sama ada dari yag halal atau yang haram ( Riwayat Al-Bukhari)

Lebih teruk dari itu, tiada lagi rasa 'malu' dan hiraukan kecederaan tuan punya wang yang berada di tempat yang sama. Mereka juga tidak menghiraukan keselamatan diri mereka sendiri sehingga dilaporkan ada yang mengutipnya di tengah-tengah lebuh raya, sehingga terpaksa akhirnya pihak berkuasa menutup laluan bagi memastikan tiada kemalangan nyawa akibat kerakusan itu.

HUKUM BARANG JUMPA

Bayangkan di dalam Islam, setiap harta yang dijumpai dan tidak diketahui pemilik pun tidak boleh kita nikmati sebelum melalui proses tertentu. Harta yang ditemui tanpa dikethaui pemilik dinamakan 'Luqatah' di dalam ilmu Fiqh Islam.

Nabi menyatakan :

من وجد لقطة فليشهد ذا عدل أو ذوي عدل ولا يكتم ولا يغيب فإن وجد صاحبها فليردها عليه وإلا فهو مال الله عز وجل يؤتيه من يشاء

Ertinya : Barangsiapa yang menumpai sesuatu harta, maka wajiblah dia memaklumkannya ( bersaksi) dia menjumpainya kepada orang yang adil atau pihak berkuasa, tidak boleh sama sekali dia menyembunyikan dan menghilangkannya. Sekiranya dapat dijumpai pemiliknya wajiblah dia mengembalikan wang terbabit, jika gagal maka harta tadi adalah dikira milik Allah dan boleh disedeqahkan kepada sesiapa yang diingini." ( Riwayat Abu Daud )

Imam Al-Khattabi menghuraikan , ia hanya boleh dimanfaatkan oleh yang menjumpainya setelah mencari pemilik tersebut dalam tempoh satu tahun. ( Aunul Ma'bud, hlm 101).

Itu perbincangan hukum menjumpai harta dan panjang lagi perbincangannya dalam mazhab-mazhab Fiqh Islam, cuma dapat kita lihat betapa Islam mengajar umatnya agar sentiasa peka dan berhati-hati dalam apa jua harta yang diterima. Malah yang dijumpai pun belum tentu boleh dimanfaatkan. Apatah lagi untuk mengganggap ia sebagai 'rezeki terpijak' atau 'durian runtuh'.

Jika demikian displin Islam dalam bab harta yang dijumpai, tentulah Islam sangat melarang sesiapa juga mengambil kesempatan mencuri, merompak dan melarikan wang yang tercicir akibat kemalangan sedang diketahui tuannya sedang dalam kesakitan.

Sebenarnya keadaan 'mengambil kesempatan' di atas sesuatu musibah dan kemalangan ini bukan hanya merujuk kepada kes di atas, tetapi telah banyak kali dapat kita baca disiarkan oleh media massa. Ada yang mengambil kesempatan semasa kebakaran, gempa bumi dan sepertinya, mereka mencuri barangan tuan rumah yang terpaksa ditinggalkan.

Teringat pernah diwartakan suatu ketika dahulu, bagaimana mangsa yang cedera parah dan yang maut akibat kemalangan dicuri dompet dan barangan berharga mereka yang terdapat di dalam kenderaan. Semuanya dilakukan oleh sebahagian penyamun dari kalangan orang ramai yang berkerumun yang kononnya ingin membantu, keadaan itu menyukarkan tugas polis untuk mengenal mangsa.

Tidak kurang juga yang merompak semasa demonstrasi dan yang lebih teruk pernah dilaporkan, seorang pegawai sukarela menangkap pelaku khalwat, menerima rasuah dan ada yang merogol mangsa ketika dalam perjalanan menghantarnya ke rumah ibubapa mangsa. Begitu buruknya sifat dan sikap manusia seperti ini.

CERMINAN MASYARAKAT KITA?

Gambaran-gambaran di atas sebenarnya mampu memberikan sedikit idea berkenaan sikap sebahagian besar masyarakat kita hari ini. Sikap tidak amanah apabila berhadapan dengan peluang mendapat wang dan peluang mudah, dengan segera disambar tanpa menghiraukan kesan luka di dalam hati mangsa. Disebabkan oleh sifat sebegini rasuah masih gagal dihentikan, keterlibatan dalam skim cepat kaya, skim piramid dan pelbagai skim menipu masih terus berkembang dan mendapat mangsa. Semuanya disebabkan sifat kerakusan malas mengkaji dan tanpa ilmu yang menyubur, menyebabkan diri tersangkut di dalam jerat pendapatan kononnya cara mudah.

DOSA BERGANDA

Dosa bagi mereka yang mengambil kesempatan di atas kesusahan orang lain adalah lebih besar berbanding dosa biasa. Merampas dan meragut sememangnya merupakan suatu dosa. Namun apabila ia dilakukan di ketika pemilik harta dalam keadaan cedera kemalangan sama ada di jalanraya atau kemusnahan di dalam rumah. Dosa penjenayah terbabit BERGANDA, KEHINAAN mereka di sisi Allah juga menjadi berganda.

Hal itu hampir sama seperti mengenakan caj penalti di ketika peminjam tidak mampu melunaskan hutangnya, dan berada di dalam situasi yang benar-benar sukar. Dalam keadaan itu, pemberi pinjam sewajarnya memberikan waktu kelegaan bagi meringan beban peminjam dan bukan menjerut leher mereka dengan menambah hutang mereka dengan caj penalti yang membebankan. Ia adalah riba dan Ibn Qayyim menegaskan pengharamanya disebabkan kezaliman jelas yang terkandung dalam tindakan tersebut.

WAJIB PULANGKAN

Justeru, saya ingin menasihatkan mana-mana individu yang terlibat mengutip dan melarikan wang tercicir di dalam kemalangan di lebuhraya kelmarin, agar segera bertaubat dan memulangkan wang terbabit kepada pemiliknya walau ia bernilai beberapa ringgit.

Nabi bersabda :

لا يحل لمسلم أن يروع مسلما، إذا أخذ أحدكم متاع أخيه فليرده

Ertinya : Tidak halal bagi seorang Muslim untuk menakutkan Muslim yang lain, dan apabila seorang kamu mengambil hak milik saudaranya yang lain, wajiblah dia memulangkannya kembali (Riwayat At-Tirmidzi, Abu Daud)

Nabi juga mengingatkan :

لا يحل مال امرئ مسلم إلا بطيب نفس منه.

Ertinya : Tidak halal harta yang dimiliki oleh seseorang Muslim ( untuk diambil oleh orang lain) kecuali diizinkan olehnya ( Riwayat Ahmad, 5/72)

Tanpa memulangkan kembali, ia bakal menjadi suatu beban di dalam kuburan kelak. Ia amat jelas wang yang haram digunakan oleh mereka dan perlu disedari dosa tindakan itu berganda-ganda kerana sebab yang dinyatakan di atas.

KESIMPULAN

Kes kemalangan di lebuhraya itu hanyalah sebagai contoh kepada semua jenis insiden kemalangan yang lain. Amat perlu masyarakat kita diingatkan agar tidak sama sekali mengambil kesempatan di atas kesusahan orang lain.

Walaupun sekali pandang, kes ini kelihatan kecil dan remeh tetapi hakikatnya ia adalah besar kerana memberi cerminan sikap masyarakat kita yang amat gersang dari pengisian rohani dan etika, sehingga tergamak mengambil kesempatan di atas kesusahan orang. Ia juga membimbangkan kerana melambangkan sikap pentingkan diri sendiri sudah begitu hampir ke tahap kemuncak kejahatan kejahatan.

Jika demikian sikap mereka terhadap duit beberapa sen dan ringgit sahaja, bayangkan jika di hadapan mereka adalah wang yang lebih besar.

Pihak berwajib dan mana-mana pihak yang punyai kuasa sama ada di peringkat keluarga, masyarakat, negeri dan negara tidak boleh memandang ringan insiden ini kerana ia jelas memerlukan satu plan terbaik untuk merawat pembangunan kerohanian, integriti dan etika masyarakat.

Tidak dinafikan, ia juga mungkin manifestasi betapa terdesaknya masyarakat ketika menghadapi tekanan perbelanjaan harian yang semakin meningkat dewasa ini. Tekanan yang semakin mendesak boleh mengakibatkan seseorang bertindak seperti hilang aqal.

Semoga kita semua mampu berperanan dalam ruang lingkup kuasa kita selain berteriak meminta pihak itu dan ini untuk bertindak. Jalan yang terbaik untuk memulihkan masalah ini adalah mulakan dengan diri dan keluarga sendiri.

Sekian

- Artikel iluvislam.com

-puteriadatperpatih.blogspot.com